BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam kondisi apapun
komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan hendaknya tidak
berubah. Pemerintah tetap konsisten untuk meningkatkan kuantitas, maupun
kualitas pendidikan. Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu
upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan
ilmu dan teknologi. Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landassan dalam
pengembangan pendidikan di indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik
secara makro, meso maupun mikro. Kerangka makro erat kaitannya dengan upaya
polotik yang saat ini sedang ramai dibicarakan yaitu desentralisasi kewenangan
dari pemerintah pusat ke daerah, aspekk mesonya berkaitan dengan kebijakan
daerah tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten, sedangkan aspek mikro
melibatkan seluruh sektor dan lembaga pendidkan yang paling bawah, tetapi
terdepan dalam pelaksanaannya, yaitu sekolah.
Pemberian otonomi
pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap
gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidkan
secaraa umum. Pemberian otonomi ini menurut pendekatan manajemen yang lebih
kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus
memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung
kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, MBS tampil
sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang ditawarkan. MBS
merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan
kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efesiensi adn pemerataan
pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta
menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
2. Latar
Belakang Manajemen Pendidikan
3. Perlunya
Manajemen Pendidikan
4. Prinsip
Manajemen Pendidikan
5. Unsur-unsur
Utama Dalam Manajemen Pendidikan
6. Implikasi
Manajemen Pendidikan Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
C.
Tujuan
pembelajaran
Makalah ini bertujuan
agar rekan-rekan penimak memahami tentang:
7.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Manajemen Pendidikan
1.
Definisi
Manajemen
Manajemen dalam bahasa
Inggris artinya to manage, yaitu mengatur atau mengelola. Dalam rti khusus
bermakna memimpin dan kepemimpinan, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
mengeloa lembaga atau organisasi, yaitu memimpin dan menjalankan kepemimpinan
dalam organisasi. Orang yang memimpin organisasi disebut manajer.
Manajemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang
didukung oleh sumber-sumber lainnyadalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan
tertentu.
Banyak ahli memberikan
pengertian tentang manajemen sebagai mana dikemukakan oleh beberapa penulis
manajemen diantaranya Malayu S.P.Hasibun ia mengatakan bahwa manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan tenaga dan profesionalitas orang
lain. Sedangkan menurut Mary Parker manajemen dalah suatu seni karena untuk
melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus,
terutama keterampilan mengarahkan, mempengaruhi dan membina para pekerja agar
melaksanakan keinginan pemimpin demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Horold Koontz
dan Cyril O’Donel manajemen adalah usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui
kegiatan oranglain. G.R Terry mengatakan manajemen merupakan satu proses khas
yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisaian, penggerakan,
dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya.
Dengan demikian
menejemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang
lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan secara produktif,
efektif dan efesian.
2.
Definisi
pendidikan
Banyak definisi
pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu sebagai berikut:
a. Pendidikan
dari segi bahasa berasal dari kata didik dan diberi awalan men- menjadi
mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan
(ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti proses prubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan, yaitu pendewasaan diri
melalui pengajaran dan latihan.
b. Rechey
dalam bukunya, Planing for Teaching. An Introduction, menjelaskan pengertian
pendidikan sebagai berikut, Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang
luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama untuk
memperkenalkan warga masyarakat baru (generasi muda) pada pengenalan terhadap kewajiban
dan tanggungjawabnya di tengah masyarakat. Dengan demikian, proses pendidikan
jauh lebih luas daripada proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah.
c. Menurut
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap
sosial, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Dengan demikian
pendidikan merupakan satu sistem terencana untuk menciptakan manusia seutuhnya.
3.
Hakekat
Manajemen Pendidikan
Hakikat manajemen
pendidikan terletak pada pengelolaan kependidikan, yaitu pengelolaan lembaga
pendidikan yang merupakan sistem. Oleh karena itu, secara keseluruhan yang
harus dikelola adalah:
a. Kinerja
para pegawai lembaga pendidikan
b. Pengadministrasian
kegiatan pendidikan
c. Aktivitas
para pendidik, merupakan tugas dan kewajibannya
d. Kurikulum
sebagai konsep dan tujuan pendidikan
e. Sistem
pembelajaran dan metode belajar mengajar
f. Penawasan
dan supervaisi pendidikan
g. Evaluasi
pendidikan dan
h. Pembiyayaan
pendidikan dari segi fasilitas, alat-alat, sarana dan prasarana.
Manajemen pendidikan
artinya pengelolaan terhadap semua kebutuhan institusional dalam pendidikan
dengan cara yang efektif dan efesien. Manajemen pendidikan sebagai salah satu
komponen dari sistem yang semua subsistemnya saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Manajemen pendidikan adalah aktivitas-aktifitas untukl mencapai suatu
tujuan, atau proses penyelenggraan kerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan dalam pendidikan.
Manajemen pendidikan
adalah keseluruhan proses penyelenggaraan dalam usaha kerjasama dua orang atau
lebih dan atau usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber secara efektif,
efesien dan rasional untuk menunjang tercapainya tujan pendidikan.
Manajemen pendidikan
pada hakikatnya adalah usaha-usaha yang berhubungan aktifitas pendidikan yang
terjadi proses mempengaruhi, memotivasi kreativitas anak didik dengan menggunakan
alat-alat pendidikan, metode, media, sarana dan prasarana yang diungerlukan
dalam melaksanakan pendidikan.
4.
Tujuan
Dan Manfaat Manajemen Pendidikan
Dilakukan manajemen
agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi
secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif,
berkualitas, efektif dan efesien.
a.
Produktifitas
Produktifitas adalah perbandingan
terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang
dipergunakan (input) produktifitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun
kualitas. Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa
jumlah tenaga kerja dan sumber datya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan,
bahan dsb). Produktifitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan uang,
produktivitas ini digambarkan dari ketetapan menggunakan metode atau cara kerja
dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respon positif dan bahkan pujian
dari orang lain atas hasil kerjanya. Kajian terhadap produktifitas secara lebih
komprehensif adalah keluaran yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi atau
peranan penyelenggaraan pendidikan.
b. Kualitas
Menunjukan pada suatu ukuran penilaian
atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan pada barang atau jasa tertentu
berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan kinerjanya. Dengan demikian
mutu adalah jasa atau produk yang menyamai bahkan melebihi harapan pelanggan
sehingga pelanggan mendapat kepuasan.
c. Efektifitas
Ukuran keberhasilan tujuan organisasi.
Efektifitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi manajemen dan
kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, sarana
prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dengan masyarakatnya.
Efektifitas dapat juga ditelaah dari: (1) masukan yang merata, (2) keluaran
yang banyak dan bermutu tinggi (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat yang sedang membangun (4) pendapatan tamatan yang memadai
(Engkoswara,1987)
d. Efisiensi
Efesiensi berkaitan dengan cara yaitu
membuat suatu dengan betul. Efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara
input atau sumberdaya dengan output. Suatu kegiatan dikatakan efesiensi bila
tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumberdaya
yang minimal. Efesiensi pendidikan adalah bagainmana tujuan dapat dicapai
dengan memiliki tingkat efesiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.
5.
Fungsi
Manajemen Pendidikan
Sedangkan fungsi pokok manajemen
pendidikan dibagi 4 macam, yaitu:
a.
Perencanaan
Perencanaan program pendidikan memiliki dua fungsi
utama, yaitu :
1)
Perencanaan merupakan upaya sistematis yang
menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan organisasi atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang
tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan.
2)
Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan
atau menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efisien, dan efektif untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b.
Pelaksanaan
Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan akan memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan akan memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
c.
Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara sistematis dan berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan, dan merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen.
Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara sistematis dan berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan, dan merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen.
d.
Pembinaan
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
6.
Peranan
Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan
dapat meningkatkan akuntabilitas kepala sekoalh dan guru trhadap peserta didik,
orang tua siswa, dan masyarakat. Mekanisme akuntabilitas yang semula masih
harus menunggu adanya laporan tertulis (kalau ada) dari kepala sekolah atau
para guru, maka dengan penerapan Manajemmen Pendidikan sejak awal apa yang
ahrus dilaporkan itu telah dapat diketahui secara lebih awal. Misalnya, sebelum
manajemen pendidikan, belum banyak pemangku kepentingan yang mengetahui berapa
besar anggaran yang tertuang di dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS). Namun dengan penerapan manajemen pendidikan pada awal tahun
pelajaran baru, semuanya telah mengetahui RAPBS yang memang harus di apjang di
papan pengumuman sekolah.
Manajemen pendidikan
memberikan keterbukaan kepada semua pemangku kepentingan dalam memberikan saran
dan amsukan untuk penentukan
kebijakan-kebijakan penting yang diperlukan oleh sekolah. Dengan
demikian, aspirasi dari semua pemangku kepentingan sangat dihargai untuk
menjadi bagian penting dalam penentukan kebijakan yang akan diambil oleh
lembaga pendidikan sekolah.
Penerapan manajemen
pendidikan sekolah merupakan indikator kunci pelaksanaan desentralisasi
pendidikan atau otonomi pendidikan pada level akar rumput. Jika pada
desentralisasi atau otonomi urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan telah
diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota maka pada level yang paling bawah,
penerapan desentralisasi atau otonomi pendidikan tersebut telah diserahkan
kepada satuan pendidikan sekolahmelalui penerapan MBS. Dengan penerapan MBS,
masyarakat peduli pendidikan terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi dalam pelaksanaan program pendidikan. Melalui MBS,
semua unsur pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan dapat meningkatkan
sinergi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah disepakati bersama, yakni pendidikan
yang merata dan bermutu.
B.
Urgensi-Urgensi
Dan Paradigma Baru Dalam Manajemen Pendidikan
1.
Latar
Belakang Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan disusun untuk menghadapi
tantangan pendidikan dimasa depan. Dalam hal ini manager pendidikan atau gurulah
yang mendapatkan tantangan tersebut. Tantangan guru dimasa depan bangsa, antara
lain untuk menghadapi: era globalisasi, era informasi, era IPTEK, dan era
perubahan cepat.
Guru sebagai manajer pendidikan harus selalu siap menghadapi
tantangan tersebut. Salah satunya adalah dengan menyusun serta merencanakan
manajemen dimasa depan. Hal ini perlu dilakukan guna meningkatkan mutu
pendidikan yang ada.
Manajemen dalam pendidikan diperlukan untuk mengantisipasi perubahan global yang
disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi informasi. Perubahan
itusendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang
berkelanjutan(continous improvement ) di bidang pendidikan sehingga output
pendidikan dapat bersaingdalam era globalisasi seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologikhususnya teknologi informasi. Persaingan tersebut
hanya mungkin dimenangkan olehlembaga pendidikan yang tetap memperhatikan
kualitas/mutu pendidikan dalam pengelolaannya.Suatu sistem pendidikan
dapat dikatakan berkualitas/bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung
secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak
mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan
yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan
dengan pembangunan.Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien
perlu disusun dandilaksanakan program-program pendidikan yang mampu
membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas
pendidikan yang optimal, diharapkan akandicapai keunggulan sumber daya manusia
yang dapat menguasai pengetahuan,keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
Oleh karena itu demi tercapainya tujuan pendidikan yang
berkualitas, diperlukan manajemen pendidikan yang dapat menggerakkan segala
sumber daya pendidikan.Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen
peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga
pelaksanaannya.Manajamen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu
mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Husaini, 2010:9). Manajemen
pendidikan untuk saat ini merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk
kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out put yang berkualitas
tinggi.Kenyataan yang ada, sekarang ini banyak institusi pendidikan yang belum
memilikimanajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya.Manajemen yang
digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawabtantangan zaman dan
terkesan tertinggal dari modernitas.
2.
Perlunya
Manajemen Pendidikan
Berdasarkan keputusan Kementerian Pendidikan Nasional
ada beberapa alasan yang mendasari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah,
yaitu :
- Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah.
- Dengan pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah.
- Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
- Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
- Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
- Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.
- Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
- Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
- Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
- Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat.[3]
3.
Prinsip
Manajemen Pendidikan
Douglas (1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip
manajemen pendidikan sebagai berikut .
a. Memprioritaskan
tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.
b. Mengkoordinasikan
wewenangdan tanggungjawab
c. Memberikan
tanggungjawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan
kemampuannya.
d. Mengenal
secara baik faktor-faktor psikologis manusia
e. Realitas
nilai-nilai
Prinsip diatas memiliki esensi bahwa
manajemen dalam ilmu dan praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang,
tugas-tugas, dan nilai-nilai.
4.
Unsur-unsur
Utama Dalam Manajemen Pendidikan
George. R Terry
mengemukakan bahwa usur dasar (basic elements) yang merupakan sumber yang dapat
digunakan (availabel resources) untuk mencapai tujuan dalam manajemen adalah :
a. Men
(manusia, orang-orang, tenaga kerja)
Tenaga kerja ini meliputi tenaga kerja
eksekutif maupun operatif. Dalam kegiatan manajemen faktor manusia adalah yang
paling menentukan. Titik pusat dari manajemen adalah manusia, sebab mnusia
membuat tujuan dan diapulalah yang melakukan proses kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan itu. Tanpa tenaga kerja tidak akan ada proses
kerja. Hanyasaja manajemen tidak akan timbul apabila setiap orang bekerja untuk
dirinya sendiri tanpa mengadakan kerjasama dengan yang lain. Manajemen timbul
karena adanya orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
b. Money
(uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan)
Uang merupakan unsur yang penting dalam
mencapai tujuan disamping faktor manusia yang menjadi unsur paling penting dan
faktor-faktor lainnya. Dalam dunia modern yang menjadi faktor penting sebagai
alat tukar dan alat pengukur nilai suatu usaha. Uang digunakan pada setiap
kegiatan manusia untuk mencapai tujuannya. Terlebih dalam pelaksanaan manajemen
ilmiah, harus ada perhatian yang sungguh-sungguh terhadap faktor uang karena
segala sesuatu diperhitungkan secara rasional yaitu memperhitungkan berapa
jumlah tenaga yang harus dibayar, berapa alat-alat yang dibutuhkan yang harus
dibeli dn berapa pula hasil yang dapat dicapai dari suatu intervestasi.
c. Machines
(mesin atau alat-alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan)
Dalam setiap organisasi, peranan
mesin-mesin sebagai alat pembantu kerja sangat diperlukan . mesin dapat
meringankan dan memudahkan dalam melaksanakan pekerjaan. Hanya yang perlu
diingat bahwa penggunaan mesin sangat tergantung pada manusia, bukan manusia
yang tergantung atau bahkan diperbudak oleh mesin. Mesin itu sendiri tidak akan
ada kalau tidak ada yang menemukannya, sedangkan yang menemukan adalah manusia.
Mesin dibuat adalah untuk mempermudah atau membantu tercapainya tujuan hidup
manusia.
d. Methods
(metode atau cara yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan).
Cara untuk melaksanakan pekerjaan dalam
mencapai suatu tujuan yang telah ditetpkan sebelumnya sangat menentukan hasil
kerja seseorang . metode ini diperlukan dalam setiap kegiatan manajemen yaitu
dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Dengan
cara kerja yang baik akan mempermudah dan memperlancar dan memudahkan
pelaksanaan pekerjaan. Tetapi walaupun metode kerja yang telah dirumuskan atau
ditetapkan itu baik, kalau orang yang diserahi tugas pelaksanaannya kurang
mengerti atau tidak berpengalaman maka hasil kerjanyapun kurang baik, oleh
karena itu hasil penggunaan atau penerapan suatu metode tergantung pula pada
orangnya.
e. Materials
(bahan atau perlengkapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan )
Manusia tanpa material atau bahan-bahan
tidak akan dapat mencapai tujuan yang dikehendakinya, sehingga unsur material
dalam manajemen tidak dapat diabaikan.
f. Market
(pasar untuk menjual output/barang yang dihasilkan)
Pasar merupakan tempat kita memasarkan
produk yang telah diproduksi. Pasar sangat dibutuhkan dalam suatu
perusahaan. Pasar itu berupa masyarakat (pelanggan) itu sendiri. Tanpa adanya
pasar suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Jadi perusahaan
seharusnyamemikirkan manajemen pasar(pemasaran) dengan baik. Dengan
manajemen pasar (pemasaran) yang baik (juga didukung oleh pasar yang tepat)
distribusi produk dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang
diharakan.
g. Informasi
Tentu saja informasi sangat dibutuhkan
dalam suatu perusahaan. Informasi tentang apa yang sedang populer, apa yang
sedang disukai, apa yang sedang terjadi di masyarakat, dsb. Manajemen informasi
sangat penting juga dalam menganalis produk yang telah dan akan dipasarkan.
Ketujuh unsur manajemen
tersebut lebih dikenal dengan sebutan 6 M + I , yaitu man, money,
material, machine, method, market dan information.
Setiap unsur tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Manajemen tidak
dapat berjalan dengan baik tanpa adanya ketujuh unsur tersebut.
5.
Implikasi
Manajemen Pendidikan Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
MBS sangat potensial
untuk mendukung paradigma baru manajemen pendidikan dalam konteks otonomi
daerah dan desentralisasi pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Untuk itu khususnya di Indonesia, konsep Manajemen Berbasis Sekolah, perlu mendapat
tanggapan dan apresiasi yang antusias dan bijak dari semua pihak untuk kemajuan
dunia pendidikan di Indonesia. Beberapa simpulan yang dapat dikemukakan dari
pembahasan makalah ini adalah
1. Konsep kualitas
pendidikan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang :
a. Mutu pendidikan
dapat dilihat dari segi proses dan hasil pendidikan. Proses
pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam
proses pendidikan itu sendiri. Sedangkan mutu pendidikan dari segi hasil
pendidikan mengacu pada tingkat keberhasilan yang dicapai oleh sekolah pada
setiap kurun waktu tertentu dalam berbagai bidang (akademik, keterampilan dan
suasana serta kondisi sekolah).
b. Mutu pendidikan juga
dapat ditelaah dalam konsep relatif, terutama berhubungan erat dengan kepuasan
pelanggan.
1) Pelanggan internal
(kepala sekolah, guru dan staf kependidikan) berkembang baik fisik maupun
psikis.
2) Pelanggan eksternal:
eksternal
primer (para siswa) menjadi subjek yang mandiri, kreatif dan bertanggung-jawab
akan hidupnya dan perkembangan masyarakat.
eksternal
sekunder (orang tua, para pemimpin pemerintahan dan
perusahan) mendapatkan konstribusi dan sumbangan yang positif
(outcomes) dari output pendidikan.
eksternal tersier (pasar kerja dan
masyarakat luas) memperoleh
sumbangan dari output pendidikan
sehingga masyarakat dapat
berkembang.
2. Untuk mencapai pendidikan yang
berkualitas tentunya dibutuhkan perencanaan
program pendidikan yang baik.
Dalam perencanaan pendidikan untuk mencapai
pendidikan yang berkualitas perlu
memperhatikan kondisi-kondisi yang
mempengaruhi, strategi-strategi
yang tepat, langkah-langkah perencanaan dan
memiliki kriteria penilaian.
3. Konsep yang dapat dipergunakan
sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan adalah
Total Quality Management
(TQM). TQM
dalam pendidikan adalah pendekatan
pengelolaan peningkatan mutu
secara menyeluruh melalui upaya perbaikan terusmenerus
dengan mempergunakan dan
memberdayakan berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia.
4. Manajemen Berbasis Sekolah dapat
menjadi alternatif peningkatan mutu pendidikan.
Karena itu MBS sudah diterapkan
di banyak negara. Apabila dicermati MBS yang
diterapkan di berbagai negara,
pada intinya adalah :
a. Adanya prinsip desentralisasi,
yakni pelimpahan dan penyerahan wewenang
kepada daerah dan sekolah untuk
mengelola pendidikannya secara otonom dalam
kerangka pengembangan pendidikan
secara nasional.
b. Pemberdayaan semua sumber daya
pendidikan (sekolah) dan semua pihak
(stakeholder) pendidikan,
terutama partisipasi orang tua dan masyarakat untuk
mengembangkan pendidikan.
c. MBS diterapkan dengan maksud
utama untuk peningkatan mutu pendidikan
sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan setiap negara.
5. Model MBS yang ideal adalah
MBS dalam konsep sistem, yakni adanya
pemberdayaan dan sinergi semua
aspek pendidikan dan berbagai sumber daya
pendidikan pada tingkat sekolah,
secara efektif dan efisien dalam satu kesatuan yang
utuh untuk mencapai produktifitas dan mutu
pendidikan.