Kamis, 09 Januari 2014

Manajemen Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kondisi apapun komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan hendaknya tidak berubah. Pemerintah tetap konsisten untuk meningkatkan kuantitas, maupun kualitas pendidikan. Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landassan dalam pengembangan pendidikan di indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso maupun mikro. Kerangka makro erat kaitannya dengan upaya polotik yang saat ini sedang ramai dibicarakan yaitu desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah, aspekk mesonya berkaitan dengan kebijakan daerah tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten, sedangkan aspek mikro melibatkan seluruh sektor dan lembaga pendidkan yang paling bawah, tetapi terdepan dalam pelaksanaannya, yaitu sekolah.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidkan secaraa umum. Pemberian otonomi ini menurut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, MBS tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang ditawarkan. MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efesiensi adn pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.       
2.      Latar Belakang Manajemen Pendidikan
3.      Perlunya Manajemen Pendidikan
4.      Prinsip Manajemen Pendidikan
5.      Unsur-unsur Utama Dalam Manajemen Pendidikan
6.      Implikasi Manajemen Pendidikan Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
C.    Tujuan pembelajaran
Makalah ini bertujuan agar rekan-rekan penimak memahami tentang:

7.       


























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Manajemen Pendidikan
1.    Definisi Manajemen
Manajemen dalam bahasa Inggris artinya to manage, yaitu mengatur atau mengelola. Dalam rti khusus bermakna memimpin dan kepemimpinan, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengeloa lembaga atau organisasi, yaitu memimpin dan menjalankan kepemimpinan dalam organisasi. Orang yang memimpin organisasi disebut manajer.
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lainnyadalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Banyak ahli memberikan pengertian tentang manajemen sebagai mana dikemukakan oleh beberapa penulis manajemen diantaranya Malayu S.P.Hasibun ia mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan tenaga dan profesionalitas orang lain. Sedangkan menurut Mary Parker manajemen dalah suatu seni karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus, terutama keterampilan mengarahkan, mempengaruhi dan membina para pekerja agar melaksanakan keinginan pemimpin demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Horold Koontz dan Cyril O’Donel manajemen adalah usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan oranglain. G.R Terry mengatakan manajemen merupakan satu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisaian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Dengan demikian menejemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan secara produktif, efektif dan efesian.


2.                 Definisi pendidikan
Banyak definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu sebagai berikut:
a.       Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata didik dan diberi awalan men- menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti proses prubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan, yaitu pendewasaan diri melalui pengajaran dan latihan.
b.      Rechey dalam bukunya, Planing for Teaching. An Introduction, menjelaskan pengertian pendidikan sebagai berikut, Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama untuk memperkenalkan warga masyarakat baru (generasi muda) pada pengenalan terhadap kewajiban dan tanggungjawabnya di tengah masyarakat. Dengan demikian, proses pendidikan jauh lebih luas daripada proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah.
c.       Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan demikian pendidikan merupakan satu sistem terencana untuk menciptakan manusia seutuhnya.




3.    Hakekat Manajemen Pendidikan
Hakikat manajemen pendidikan terletak pada pengelolaan kependidikan, yaitu pengelolaan lembaga pendidikan yang merupakan sistem. Oleh karena itu, secara keseluruhan yang harus dikelola adalah:
a.    Kinerja para pegawai lembaga pendidikan
b.    Pengadministrasian kegiatan pendidikan
c.    Aktivitas para pendidik, merupakan tugas dan kewajibannya
d.   Kurikulum sebagai konsep dan tujuan pendidikan
e.    Sistem pembelajaran dan metode belajar mengajar
f.     Penawasan dan supervaisi pendidikan
g.    Evaluasi pendidikan dan
h.    Pembiyayaan pendidikan dari segi fasilitas, alat-alat, sarana dan prasarana.
Manajemen pendidikan artinya pengelolaan terhadap semua kebutuhan institusional dalam pendidikan dengan cara yang efektif dan efesien. Manajemen pendidikan sebagai salah satu komponen dari sistem yang semua subsistemnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Manajemen pendidikan adalah aktivitas-aktifitas untukl mencapai suatu tujuan, atau proses penyelenggraan kerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan.
Manajemen pendidikan adalah keseluruhan proses penyelenggaraan dalam usaha kerjasama dua orang atau lebih dan atau usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber secara efektif, efesien dan rasional untuk menunjang tercapainya tujan pendidikan.
Manajemen pendidikan pada hakikatnya adalah usaha-usaha yang berhubungan aktifitas pendidikan yang terjadi proses mempengaruhi, memotivasi kreativitas anak didik dengan menggunakan alat-alat pendidikan, metode, media, sarana dan prasarana yang diungerlukan dalam melaksanakan pendidikan.

4.    Tujuan Dan Manfaat Manajemen Pendidikan
Dilakukan manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan efesien.
a.    Produktifitas
Produktifitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input) produktifitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa jumlah tenaga kerja dan sumber datya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan dsb). Produktifitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan uang, produktivitas ini digambarkan dari ketetapan menggunakan metode atau cara kerja dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respon positif dan bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya. Kajian terhadap produktifitas secara lebih komprehensif adalah keluaran yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan pendidikan.
b.    Kualitas
Menunjukan pada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan pada barang atau jasa tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan kinerjanya. Dengan demikian mutu adalah jasa atau produk yang menyamai bahkan melebihi harapan pelanggan sehingga pelanggan mendapat kepuasan.
c.    Efektifitas
Ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Efektifitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, sarana prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dengan masyarakatnya. Efektifitas dapat juga ditelaah dari: (1) masukan yang merata, (2) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun (4) pendapatan tamatan yang memadai (Engkoswara,1987)
d.   Efisiensi
Efesiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat suatu dengan betul. Efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input atau sumberdaya dengan output. Suatu kegiatan dikatakan efesiensi bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumberdaya yang minimal. Efesiensi pendidikan adalah bagainmana tujuan dapat dicapai dengan memiliki tingkat efesiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.

5.    Fungsi Manajemen Pendidikan
Sedangkan fungsi pokok manajemen pendidikan dibagi 4 macam, yaitu:
a.    Perencanaan
Perencanaan program pendidikan memiliki dua fungsi utama, yaitu :
1)      Perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan.
2)      Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efisien, dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b.    Pelaksanaan
Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan akan memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
c.     Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara sistematis dan berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan, dan merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen.
d.    Pembinaan
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

6.    Peranan Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan dapat meningkatkan akuntabilitas kepala sekoalh dan guru trhadap peserta didik, orang tua siswa, dan masyarakat. Mekanisme akuntabilitas yang semula masih harus menunggu adanya laporan tertulis (kalau ada) dari kepala sekolah atau para guru, maka dengan penerapan Manajemmen Pendidikan sejak awal apa yang ahrus dilaporkan itu telah dapat diketahui secara lebih awal. Misalnya, sebelum manajemen pendidikan, belum banyak pemangku kepentingan yang mengetahui berapa besar anggaran yang tertuang di dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Namun dengan penerapan manajemen pendidikan pada awal tahun pelajaran baru, semuanya telah mengetahui RAPBS yang memang harus di apjang di papan pengumuman sekolah.
Manajemen pendidikan memberikan keterbukaan kepada semua pemangku kepentingan dalam memberikan saran dan amsukan untuk penentukan  kebijakan-kebijakan penting yang diperlukan oleh sekolah. Dengan demikian, aspirasi dari semua pemangku kepentingan sangat dihargai untuk menjadi bagian penting dalam penentukan kebijakan yang akan diambil oleh lembaga pendidikan sekolah.
Penerapan manajemen pendidikan sekolah merupakan indikator kunci pelaksanaan desentralisasi pendidikan atau otonomi pendidikan pada level akar rumput. Jika pada desentralisasi atau otonomi urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan telah diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota maka pada level yang paling bawah, penerapan desentralisasi atau otonomi pendidikan tersebut telah diserahkan kepada satuan pendidikan sekolahmelalui penerapan MBS. Dengan penerapan MBS, masyarakat peduli pendidikan terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dalam pelaksanaan program pendidikan. Melalui MBS, semua unsur pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan dapat meningkatkan sinergi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah disepakati bersama, yakni pendidikan yang merata dan bermutu.


B.     Urgensi-Urgensi Dan Paradigma Baru Dalam Manajemen Pendidikan
1.    Latar Belakang Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan disusun untuk menghadapi tantangan pendidikan dimasa depan. Dalam hal ini manager pendidikan atau gurulah yang mendapatkan tantangan tersebut. Tantangan guru dimasa depan bangsa, antara lain untuk menghadapi: era globalisasi, era informasi, era IPTEK, dan era perubahan cepat.
Guru sebagai manajer pendidikan harus selalu siap menghadapi tantangan tersebut. Salah satunya adalah dengan menyusun serta merencanakan manajemen dimasa depan. Hal ini perlu dilakukan guna meningkatkan mutu pendidikan yang ada.
Manajemen dalam pendidikan diperlukan untuk mengantisipasi perubahan global  yang disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi informasi. Perubahan itusendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang berkelanjutan(continous improvement ) di bidang pendidikan sehingga output pendidikan dapat bersaingdalam era globalisasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologikhususnya teknologi informasi. Persaingan tersebut hanya mungkin dimenangkan olehlembaga pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas/mutu pendidikan dalam pengelolaannya.Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan berkualitas/bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan.Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dandilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akandicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan,keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
Oleh karena itu demi tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas, diperlukan manajemen pendidikan yang dapat menggerakkan segala sumber daya pendidikan.Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya.Manajamen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Husaini, 2010:9). Manajemen pendidikan untuk saat ini merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out put yang berkualitas tinggi.Kenyataan yang ada, sekarang ini banyak institusi pendidikan yang belum memilikimanajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya.Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawabtantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas.

2.                        Perlunya Manajemen Pendidikan
Berdasarkan keputusan Kementerian Pendidikan Nasional  ada beberapa alasan yang mendasari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu :
  1. Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah.
  2. Dengan pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah.
  3. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
  4. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
  5. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
  6. Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.
  7. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
  8. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
  9. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
  10. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat.[3]


3.    Prinsip Manajemen Pendidikan
Douglas  (1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut .
a.    Memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.
b.    Mengkoordinasikan wewenangdan tanggungjawab
c.    Memberikan tanggungjawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya.
d.   Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia
e.    Realitas nilai-nilai
Prinsip diatas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai.
4.    Unsur-unsur Utama Dalam Manajemen Pendidikan
George. R Terry mengemukakan bahwa usur dasar (basic elements) yang merupakan sumber yang dapat digunakan (availabel resources) untuk mencapai tujuan dalam manajemen adalah :
a.    Men (manusia, orang-orang, tenaga kerja)
Tenaga kerja ini meliputi tenaga kerja eksekutif maupun operatif. Dalam kegiatan manajemen faktor manusia adalah yang paling menentukan. Titik pusat dari manajemen adalah manusia, sebab mnusia membuat tujuan dan diapulalah yang melakukan proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan itu. Tanpa tenaga kerja tidak akan ada proses kerja. Hanyasaja manajemen tidak akan timbul apabila setiap orang bekerja untuk dirinya sendiri tanpa mengadakan kerjasama dengan yang lain. Manajemen timbul karena adanya orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
b.    Money (uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan)
Uang merupakan unsur yang penting dalam mencapai tujuan disamping faktor manusia yang menjadi unsur paling penting dan faktor-faktor lainnya. Dalam dunia modern yang menjadi faktor penting sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai suatu usaha. Uang digunakan pada setiap kegiatan manusia untuk mencapai tujuannya. Terlebih dalam pelaksanaan manajemen ilmiah, harus ada perhatian yang sungguh-sungguh terhadap faktor uang karena segala sesuatu diperhitungkan secara rasional yaitu memperhitungkan berapa jumlah tenaga yang harus dibayar, berapa alat-alat yang dibutuhkan yang harus dibeli dn berapa pula hasil yang dapat dicapai dari suatu intervestasi.
c.    Machines (mesin atau alat-alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan)
Dalam setiap organisasi, peranan mesin-mesin sebagai alat pembantu kerja sangat diperlukan . mesin dapat meringankan dan memudahkan dalam melaksanakan pekerjaan. Hanya yang perlu diingat bahwa penggunaan mesin sangat tergantung pada manusia, bukan manusia yang tergantung atau bahkan diperbudak oleh mesin. Mesin itu sendiri tidak akan ada kalau tidak ada yang menemukannya, sedangkan yang menemukan adalah manusia. Mesin dibuat adalah untuk mempermudah atau membantu tercapainya tujuan hidup manusia.
d.   Methods (metode atau cara yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan).
Cara untuk melaksanakan pekerjaan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetpkan sebelumnya sangat menentukan hasil kerja seseorang . metode ini diperlukan dalam setiap kegiatan manajemen yaitu dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Dengan cara kerja yang baik akan mempermudah dan memperlancar dan memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Tetapi walaupun metode kerja yang telah dirumuskan atau ditetapkan itu baik, kalau orang yang diserahi tugas pelaksanaannya kurang mengerti atau tidak berpengalaman maka hasil kerjanyapun kurang baik, oleh karena itu hasil penggunaan atau penerapan suatu metode tergantung pula pada orangnya. 
e.    Materials (bahan atau perlengkapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan )
Manusia tanpa material atau bahan-bahan tidak akan dapat mencapai tujuan yang dikehendakinya, sehingga unsur material dalam manajemen tidak dapat diabaikan.
f.     Market (pasar untuk menjual output/barang yang dihasilkan)
Pasar merupakan tempat kita memasarkan produk yang telah diproduksi.  Pasar sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan. Pasar itu berupa masyarakat (pelanggan) itu sendiri. Tanpa adanya pasar suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Jadi perusahaan seharusnyamemikirkan manajemen pasar(pemasaran)  dengan baik.  Dengan manajemen pasar (pemasaran) yang baik (juga didukung oleh pasar yang tepat) distribusi produk dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang diharakan.
g.    Informasi
Tentu saja informasi sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan. Informasi tentang apa yang sedang populer, apa yang sedang disukai, apa yang sedang terjadi di masyarakat, dsb. Manajemen informasi sangat penting juga dalam menganalis produk yang telah dan akan dipasarkan.
Ketujuh unsur manajemen tersebut lebih dikenal dengan sebutan 6 M + I , yaitu man, money, material, machine, method, market dan information. Setiap unsur tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Manajemen tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya ketujuh unsur tersebut.


5.    Implikasi Manajemen Pendidikan Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
MBS sangat potensial untuk mendukung paradigma baru manajemen pendidikan dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu khususnya di Indonesia, konsep Manajemen Berbasis Sekolah, perlu mendapat tanggapan dan apresiasi yang antusias dan bijak dari semua pihak untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Beberapa simpulan yang dapat dikemukakan dari pembahasan makalah ini adalah
1. Konsep kualitas pendidikan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang :
a. Mutu pendidikan dapat dilihat dari segi proses dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Sedangkan mutu pendidikan dari segi hasil pendidikan mengacu pada tingkat keberhasilan yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu dalam berbagai bidang (akademik, keterampilan dan suasana serta kondisi sekolah).
b. Mutu pendidikan juga dapat ditelaah dalam konsep relatif, terutama berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan.
1) Pelanggan internal (kepala sekolah, guru dan staf kependidikan) berkembang baik fisik maupun psikis.
2) Pelanggan eksternal:
eksternal primer (para siswa) menjadi subjek yang mandiri, kreatif dan bertanggung-jawab akan hidupnya dan perkembangan masyarakat.
eksternal sekunder (orang tua, para pemimpin pemerintahan dan perusahan) mendapatkan konstribusi dan sumbangan yang positif
(outcomes) dari output pendidikan.
eksternal tersier (pasar kerja dan masyarakat luas) memperoleh
sumbangan dari output pendidikan sehingga masyarakat dapat
berkembang.
2. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas tentunya dibutuhkan perencanaan
program pendidikan yang baik. Dalam perencanaan pendidikan untuk mencapai
pendidikan yang berkualitas perlu memperhatikan kondisi-kondisi yang
mempengaruhi, strategi-strategi yang tepat, langkah-langkah perencanaan dan
memiliki kriteria penilaian.
3. Konsep yang dapat dipergunakan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan adalah
Total Quality Management (TQM). TQM dalam pendidikan adalah pendekatan
pengelolaan peningkatan mutu secara menyeluruh melalui upaya perbaikan terusmenerus
dengan mempergunakan dan memberdayakan berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia.
4. Manajemen Berbasis Sekolah dapat menjadi alternatif peningkatan mutu pendidikan.
Karena itu MBS sudah diterapkan di banyak negara. Apabila dicermati MBS yang
diterapkan di berbagai negara, pada intinya adalah :
a. Adanya prinsip desentralisasi, yakni pelimpahan dan penyerahan wewenang
kepada daerah dan sekolah untuk mengelola pendidikannya secara otonom dalam
kerangka pengembangan pendidikan secara nasional.
b. Pemberdayaan semua sumber daya pendidikan (sekolah) dan semua pihak
(stakeholder) pendidikan, terutama partisipasi orang tua dan masyarakat untuk
mengembangkan pendidikan.
c. MBS diterapkan dengan maksud utama untuk peningkatan mutu pendidikan
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan setiap negara.
5. Model MBS yang ideal adalah MBS dalam konsep sistem, yakni adanya
pemberdayaan dan sinergi semua aspek pendidikan dan berbagai sumber daya
pendidikan pada tingkat sekolah, secara efektif dan efisien dalam satu kesatuan yang
utuh untuk mencapai produktifitas dan mutu pendidikan.